1/22/2016

Jangan Tunda Untuk Berbuat Baik

   Sore itu ku kendarai sepeda motorku dengan kecepatan standar. Perjalanan dari Ciputat menuju Bekasi memerlukan tenaga yang tidak sedikit bagi seorang wanita seperti aku, meski aku yakin bahwa aku adalah wanita tangguh yang tak mudah rasakan lelah, namun tetap saja tidak sama halnya dengan mengendarai motor dari kosan ke kampus hehe
   Abaikan pujianku terhadap diriku sendiri yang mengatakan bahwa aku adalah wanita tangguh, karena sungguh bukan itu yang ingin kau bahas disini.
   pada postingan sebelumnya telah ku ceritakan tentang bagaimana pengalamanku ditilang bapak polisi yang "baik", dan kisah kali ini-pun terjadi di hari yang sama pada kejadian itu dan semua nya terjadi setelah aku kena tilang.
   saat itu aku sedang melewati mall pondok gede, sudah bukan hal yang diherankan bahwa hampir setiap sore disana pasti ada kemacetan. dan saat itu aku melihat seorang tuna netra sedang berdiri, tidak di tengah jalan memang, namun ia berdiri tepat di depan sebuah mobil. keadaan seperti itu terjadi saat semua kendaraan merayap untuk maju ke depan dan tentunya karena bapak tuna netra itu berdiri tepat di depan sebuah mobil maka akan menghambat laju kendaraan lain yang berada di belakang mobil tersebut. aku mengendurkan jemariku pada gas motor, berniat ingin berhenti dan membantu bapak itu untuk menyebrang jalan agar kendaraan yang terhenti bisa melaju kembali sebagaimana mestinya. namun, karena aku tidak mendapati ruang kosong di pinggir jalan untuk menaruh sepeda motor yang aku kendarai, maka aku hanya bisa terus melaju dan semakin jauh dari bapak tuna netra itu, sambil terus berharap bahwa segera ada yang membantu bapak itu menyebrang jalan sehingga tidak mengganggu laju kendaraan disana. kasihan sekali bapak itu batinku bergumam. biasanya saat ada seorang yang tuna netra seperti itu di pinggir jalan, pasti ada yang menemani dan menuntunnya untuk berjalan, sedangkan yang ku lihat saat itu, bapak tersebut seorang diri, tanpa ada yang membantu.
   sepanjang jalan setelah itu aku terus memikirkannya, dan setelah aku cukup jauh dari pasar pondok gede itu, hujan lebat langsung turun tanpa di mulai gerimis terlebih dahulu. aku memberhentikan motorku untuk mengenakan jas hujan yang memang aku bawa, setelah itu aku berfikir bahwa apakah hujan ini menjadi sebab aku tidak membantu bapak tuna netra itu ? apakah seandainya aku membantu bapak tua itu maka aku tidak akan terjebak hujan lebat seperti itu ? bisa saja bukan bisa seperti itu ?
saat aku berfikir seperti itu aku teringat hukum sebab-akibat yang aku pelajari dari novel tere liye yang berjudul "Rembulan Tenggelam di Wajahmu" sungguh novel itu memberikan banyak pelajaran berharga tentang kehidupan ini. aneh memang rasanya berfikir mengapa aku bisa berfikir seperti itu, karena semua itu tentunya sudah menjadi takdir yang di tetapkan dan harus aku alami, namun rasanya kadang aku berfikir lain. ahh entahlah....
singkat cerita akhirnya aku menghabiskan perjalanan ku kerumah ditemani hujan deras, dan tiba dirumah dengan kondisi basah kuyup.
    pelajaran yang aku ingin bagi disini adalah jangan pernah menunda untuk berbuat baik, lakukan apapun yang bisa di lakukan agar niat baik yang kalian  miliki tidak hanya menjadi sebtas niat saja, karena sungguh ada penyesalan dalam diriku saat aku tidak memenuhi niatku untuk membantu bapak tuna netra itu, bukan karena aku menjadi kehujanan dan basah kuyup sampai rumah, namun karena aku tidak dapat mewujudkan niatku untuk mambantu.

   percayalah aku mengetik tulisan ini sambil berfikir bahwa kata-kata yang ku gunakan sangat bertele-tele dan membosankan untuk dibaca, maka dari itu ku ucapkan terimakasih bagi kalian yang membacanya sampai selesai karena aku tetap ingin berbagi kisah ini walaupun aku tak mampu  menyusun cerita ini dengan baik dalam bentuk tulisan yang menarik. :D

No comments:

Post a Comment