5/06/2017

Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi

kami santri yang pernah mengaji
diajarkan ilmu yang tak hanya siap saji
karena kami belajar dari pada kyai
yang selalu berlandaskan pedoman Ilahi

Islam adalah agama kami
keramahan adalah ciri khas kami
bukan kekerasan eksistensi kami
namun kami diajarkan toleransi

Kamis, 4 Mei 2017
Bermula keinginan mengisi kekosongan, mencari destinasi wisata yang ada di daerah Bekasi karena ada tamu jauh orang lampung yang terdampar di Ciputat sedang meluangkan waktu main ke Bekasi (ala).
tak banyak memang destinasi yang ada di sini, setelah melakukan searching menggunakan mbah google, muncullah saran untuk mengunjungi sebuah kelenteng yang ada di daerah Bekasi. sebagai orang bekasi asli, jujur saja baru kali ini aku tahu ada kelenteng di Bekasi. tanpa pikir panjang lebar kali tinggi kami segera bersiap mengenakan outfit supaya bisa sekalian OOTD-an di sana hehe, harap maklum, kami adalah perempuan :D
dengan bantuan google map akhirnya kami tiba di tempat tujuan. awalnya ragu karena tempat tersebut tampak sepi. takut kelenteng ini tidak bisa dimasuki oleh khalayak umum, apalagi oleh kami yang menggunakan hijab, keraguanpun mulai menyelimuti hati. saat niat hati ini ingin melanjutkan perjalanan mencari tujuan lain, ada seorang satpam yang tampak sedang memperhatikan kami, dengan bermodal percaya diri, akhirnya ala menghampiri satpam tersebut. entah apa yang ditanyakan hingga kemudian satpam tersebut mempersilahkan kami masuk, dan aku yang kala itu membawa sepeda motor mulai memarkirkan motorku di dalam bangunan tersebut. terpampang jelas sebuah nama VIHARA BUDDHA DHARMA disana.

ini penampakan tiga altar yang pertama kali kami lihat saat masuk
oleh bapak satpam yang tidak sempat kutanya dan kulihat namanya itu kami diarahan kepada seorang bapak-bapak yang kemudian aku tahu bapak tersebut bernama pak Silay. bapak tersebut menanyakan apa kepentingan kami, dengan polos ya kami hanya menjawab ingin lihat-lihat, foto-foto. dan sepertinya itu memang hanya pertanyaan formalitas, karena pak silay pun tak terlalu memperhatikan jawabanku. setelah itu beliau mempersilahkan kami masuk untuk melihat-lihat sekitar. "silahkan lihat-lihat dulu, foto-foto dulu, nanti jika ingin ditanyakan silahkan" katanya.
dalam hatiku berkata ihh si bapak pengertian banget sih, tau aja kalo niat utama kita adalah untuk foto-foto haha 
meskipun sebenernya gak hanya foto-foto sih niat utama kita di sana, kami juga ingin tahu bagaimana orang budha beribadah, dan bagaimana tempat ibadah mereka. setidaknya dengan datang ke tempat baru seperti ini kita mendapatkan pengalaman dan pembelajaran.
sebelum lanjut, aku ingin menggambarkan sedikit suasana disana. tempatnya gelap, namun terang hehe
maksudnya pencahayaanya menggunakan api, jadi tidak terang warna putih. seperti remang, namun indah.
saat pertama masuk nampak tiga nama di sana Kwan Seng Tekun, Kwan Im Posat, Tjay Sen Loya.
sepertinya itu adalah nama Dewa dan Dewi. aku hanya mengenal Dewi Kwan Im yakni sang Dewi Welas Asih yang kukenai sejak umurku masih kecil karena sering menonton film kera sakti. sedangkan 2 nama lagi, aku tidak mengenalnya dan untuk melafalkan nama merekapun rasanya agak sulit karena memang asing bagi lidahku. ku lihat ada gambar Dewi Kwan Im di dinding, hampir serupa dengan yang aku kenal dalam film kera sakti, sehingga aku bisa mengenalinya. 


Jika Tidak salah ini adalah sang Dewi Welas Asih

ada lagi satu nama yang kulihat disana Hok Tek Ceng Sin. menurut penjelasan pak Silay, ini merupakan tuan rumah di vihara ini. vihara yang katanya sudah berdiri sejak 200 tahun lalu ini pertama kali ditinggali oleh Hok Teng Ceng Sin. aku tidak tahu dan tidak sempat menanyakan apakah ini juga termasuk Dewa atau bukan, mendengar bahwa tempat ini sudah ada sejak 200 tahun lalu aku sedikit takjub mendengarnya. jumlah Dewa dan Dewi juga katanya ada banyak, entah ratusan atau ribuan, aku tidak mengingat ucapan pak Silay, padahal aku yang bertanya kala itu. hmm...
ini yang dimaksud Tuan Rumah oleh Pak Silay
tentunya tidak perlu kujelaskan bagaimana prosesi foto-foto yang kami lakukan di sana, dan itu juga sama sekali tidak penting aku jelaskan di sini. bagiku bagian yang paling menarik dari kunjungan kami ini adalah ketika pak silay menjelaskan dan mempraktekkan pada kami bagaimana seseorang berinteraksi dengan Dewa. ada sejumlah semacam lidi yang mana di tiap" batangnya tercantum angka. wadah lidi tersebut digerak-gerakan hingga ada satu lidi yang jatuh (aku tidak tahu istilahnya apa, semoga kalian bisa paham apa yang kumaksud), setelah ada satu lidi yang jatuh, kita dirikan lidi tersebut dan kemudian melakukan Pak Poe untuk memohon pada Dewa yang dimaksud, apakah angka yang di lidi tadi merupakan jawaban yang tepat atau tidak untuk kita. Pak Poe tersebut berbetuk oval yang terbelah dua, dan untuk mendapatan jawabannya kita melempar Pak Poe itu ke bawah, jika posisi Pak Poe itu terlentang atau tengkureng dua duanya, maka kata pak silay Dewa itu tandanya Dewa menertawakan, yang berarti itu bukan jawaban yang tepat. jawab bisa dikatan sah apabila Pak Poe yang dijatuhkan satu sisi terlentang, dan satu sisi lagi tengkurap. jika Pak Poe nya sudah sah, maka kita akan diarahkan ke tempat yang berisi kertas-kertas yang dijadikan sebagai hasil jawaban Dewa erdasarkan pertanyakan yang kita ajukan. begitulahh kurang lebih. untuk lebih jelasnya mungkin kalian yang tertarik bisa mendatangi vihara yang berada di dekat daerah kalian tinggali. 
sebenarnya aku dan ala ada keinginan untuk mencobanya, namun urung kami lakukan, takut salah niat dan kayanya juga tidak akan diizinkan oleh pak Silay, karena ini adalah proses sakral yang dilakukan oleh pengikut agama Budha.

ini berisi kertas jawaban dari prosesi yang menggunakan Pak Poe
oia, kabar gembira juga bagi kalian yang tertarik untuk mengunjungi vihara bahwa disana tidak dipungut biaya apapun, termasuk biaya parkir. awalnya aku kira akan ada administrasi yang harus kita keluarkan karena kita ke sana bukan berniat untuk beribadah, melainkan untuk Study Banding  apa ya nyebutnya, ya begitulah. tapi beneran, semua itu gratiss. bahkan ketika kita ingin memberikan uang parkir kepada satpam yang tadi mengantarkan kami ke dalam vihara, beliau menolaknya. kerenn deh pokoknyaa
rasanya ingin kembali berkunjung suatu hari nanti, agar bisa menanyakan lebih banyak, dan aku bisa mengetahui lebih banyak lagi tentang agama Budha, karena jika mempelajarinya lewat tulisan akan lebih lebih memusingkan menurutku, sedangkan melalui penjelasan seseorang, semuanya bisa dengan mudah dicerna oleh otak.
abaikan modelnya haha ini sisi luar vihara

setelah selesai mengunjungi vihara, kami memutuskan untuk makan siang sambil mencari pencerahan kemana lagi kita akan pergi, mengingat waktu masih terlalu siang untuk kembali ke rumah. setelah mencari-cari kami menemukan bahwa ada juga Pura (entah Pura atau Pure kami bisa menyebutnya, intinya tempat ibadah oleh Hindu) di daerah Bekasi. berdasarkan informasi dari google map jarak yang harus ditempuh agar bisa kesana juga tidak terlalu jauh, tidak sampai 10 km, maka setelah perut terisi penuh, kami melanjutkan perjalanan menuju Pura. setibanya di sana ternyata sama seperti sebelumnya, kami ragu karena tempat tersebut sangat sepi, apesnya tidak ada seorangpun yang bisa kami tanyai untuk bisa masuk ke dalam. dan sepertinya juga itu bukan pintu utama, melaikan pintu samping. merasa putus ada tidak ada yang bisa kami mintai informasi apakah kami bisa masuk atau tidak, lalu kami memutuskan untuk bergeser ke pintu utama yang berada tepat dipinggir jalan raya seberang kali malang. ada seorang mbak-mbak disana, kami tanya apakah kami boleh masuk atau tidak, mbak itu malah balik bertanya ada kepentingan apa ? ya kami jawab apa adanya ingin lihat-lihat saja. kemudian mbak itu menyuruh kami masuk dan bertanya kepada seseorang di dalam gerbang, namun saat kami sudah menghampiri gerbang, kami disambut oleh dua anjing yang terus menggonggong. merasa tidak berani melawan kedua anjing itu, dengan berat hati kami memutuskan untuk pergi sehingga gagal sudah mendapatkan spot foto ala ala di Bali dan mencari tahu bagaimana tempat orang Hindu melangsungkan ibadah mereka -_-
dengan hati kecewa akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan Pura tersebut dan menuju ke Masjid al-Azhar yang terletak tidak terlalu jauh dari Pura untuk melaksanakan sholat Dzuhur. setelah itu, selesailah perjalanan kami. kami putuskan untuk segera kembali ke rumah dengan perasaan bahagia. :)
bagi kalian yang tertarik atau lebih mengetahui tentang prosesi ibadah orang Budha mungkin bisa berbagi infomasi dengan cara komen di bawah agar kita bisa mendapatkan pengetahuan baru.
percaya deh, bahwa mengetahui hal yang baru ini sangat amat menyenangkan \^.^/


ini kurang tau apaan karena blm sempet nanya
ini Pura yang kami kunjungi dan tidak berhasil masuk



oke sekian
salam manis dariku,
NAM :)