1/18/2018

Sebuah Perjalanan


Saat ini aku masih dalam perjalananku.
Perjalanan yang tak kuketahui kapan bisa kuakhiri. Berhenti sejenak adalah pilihanku untuk sekejap berpikir, menentukan pilihan langkah mana yang akan kutentukan untuk langkah selanjutnya. Pada sela pemberhentian ini, aku tolehkan pandanganku ke belakang, bukan untuk meratapi apa saja yang sudah kulalui, kutinggalkan, dan kubiarkan, melainkan untuk mengambil setiap pelajaran dari setiap kejadian yang sudah terjadi dan kulewati.

dan ya....
Aku menemukan senyuman itu.
Senyuman kebahagian yang pernah terlukis indah. Senyuman yang amat tulus terpancar dari sebuah wajah yang tidak sama sekali menyadari bahwa senyum itu yang kemudian akan merampas sebagian kebahagiannya.

Aku juga menemukan tawa itu.
Tawa lepas yang tidak memperdulikan apapun selain perasaan bahagia yang dirasanya kala itu. Tawa yang seakan tak peduli pada apapun yang akan terjadi kemudian. baginya, cukuplah tawa itu menjadi saksi akan betapa bahagia dirinya ada di sana kala itu.

Aku juga menemukan tangis itu.
Tangis penyesalan akan kepergian seorang yang amat terkasih. tangis kehilangan sosok yang amat tercinta. Sebuah Perpisahan.
Sering kali tangis disebabkan perpisahan yang terjadi. perpisahan yang seharusnya bisa dengan mudah ia ikhlaskan karena telah diketahui sebelumya bahwa perpisahan itu pasti akan terjadi, namun apalah daya hati dan mata yang tak mampu membendung semuanya dalam diam.

Dan aku juga menemukanmu.
Iya, kamu.....
Sosok yang awalnya kuyakini sebagai tempat pemberhentian terakhirku hingga sebuah kejadian menyadarkanku bahwa diriku salah. Bukan Kamu.!
Sama sekali bukan kamu tempat pemberhentian terakhirku. tidak mudah kala itu kurasa, namun entah bagaimana aku bisa melaluinya. tapi, bukankah itu yang namanya kehidupan ? kita sama sekali tidak menyangka apa yang akan terjadi kemudian dan bagaimana kita menghadapinya. Semua berjalan mengikuti arus yang memang sudah ditentukan. Halangan apapun yang menghadang, akan bisa dilalui selama kita percaya bahwa yang demikian itu bukanlah jalan buntu.

ahh, hampir saja aku terhanyut oleh semua kenangan tentang kamu. Tapi tidak, tidak ada alasan untuk hanya diam mengenang semuanya secara berlarut. Aku menoleh ke belakang hanya untuk mengambil segala hal yang bisa kujadikan pelajaran, juga untuk mengambil energi positif untuk meyakinkan diri bahwa aku adalah seorang yang tangguh karena berhasil melewati semua itu, untuk selanjutnya memberikan keyakinan kuat bahwa aku pasti akan bisa melewati hal apapun yang akan aku hadapi kemudian.

Cukup!!! Energi positif itu telah kuresap ke dalam diri. saatnya untuk kembali melangkahkan kaki untuk perjalanan yang baru.

Dari masa lalu aku bisa belajar banyak hal untuk selalu mengusahakan tidak pernah melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya.

Aku menyapa masalalu bukan untuk kembali, hanya sebuah usaha berdamai dengan diri sendiri :)