3/17/2016

Review Graphic Novel ~ 9 Kisah Dakwah Wali Songo - Part 2

Padahal semalem tidur jam 02.00, tapi mata malah seger banget jam segini, jadilah aku langsung meneruskan kelanjutan 9 Kisah Dakwah Wali Songo. Silahkan disimak J
Sunan Bonang, Sang Wali Sakti Penjaga Tradisi. Memiliki Nama asli Makhdum Ibrahim. Suatu ketika kesaktiannya di dengar oleh seorang pendeta, dan pendeta itu membawa banyak buku untuk ditanyakan kepada Sunan Bonang, namun sebelum tiba di tepi pantai, perahu yang ditumpangi Sang Pendeta tersebut hancur terkena ombak dan buku yang ia bawa pun hilang ditelan lautan, untung pendeta tersebut dapat selamat dengan mengandalkan keahlian renang yang dimilikinya karena memang saat perahunya terbalik, jaraknya dengan pantai tidak terlalu jauh. Saat ia sampai di tepi pantai ia merasa sedih karena buku yang ia bawa semuanya lenyap, lalu ada seorang yang menghampiri dan bertanya kepadanya tentang siapa dirinya dan apa tujuannya datang ke tempat itu, lalu sang pendeta menceritakan niatnya ingin bertemu dengan Sunan Bonang untuk menanyakan hal yang tidak ia mengerti dalam buku yang dibawa nya, pendeta juga menyampaikan kesedihannya karena buku yang dibawanya kini sudah lenyap, kemudian seseorang yang menghampirinya itu bertanya seberapa penting buku yang ia bawa, lalu ia mengetukkan tongkat ke tanah, dan muncullah pancuran air berserta buku-buku Sang Pendeta yang hilang di lautan (di  gambarnya begitu), saat sang pendeta bertanya siapakah gerangan dirinya, maka ia menjawab bahwa ia adalah Sunan Bonang, terkejutlah sang pendeta, dan merasa bahwa buku-bukunya itu tidaklah penting lagi. Dan kemudian Pintasan Air mancur tersebut dikenal dengan Sumur Srumbung
Masih ada kisah lainnya tentang kesaktian Sunan Bonang, yakni ketika ia menyadarkan kesalahan yang dilakukan oleh Berandal Lokajaya (yang nanti akan nkita kenal dengan Sunan Kalijaga), dengan mengubah Pohom Palem menjadi Emas, dan beliau jugalah yang menyadarkan komplota perampok yang dikenal dengan keganasannya hanya dengan alunan musik yang ia mainkan, yang mana music itu di kenal dengan Musik Tuhan, Gending Penyadaran yang membuat para perampok itu menyadari dosa-dosanya dan menangis sedu saat mendengat alunan music yang dimaikan oleh Sunan Bonang.
Sunan Bonang mensyiarkan Islam dengan mneggunakan gamelan dan syair tembang sebagai alat bantu. Beliau lah yang menciptakan tembang Tombo Ati, Lir Ilir. Beliau juga yang mengenalkan tradisi sesajen, mandi kembang, dan tujuh bulanan dengan niat mencari Ridho Allah.
Sunan Kalijaga seorang Ulama Seniman Penebar Tradisi. Bernama asli Raden Said. Sejak mula ia bisa berfikir, ia sudah bisa mengkritik ke tidak adilan terhadap masyarakat, yang nama ia merasa kasihan kepada orag miskin karena harus berkerja keras untuk mendapatkan uang untuk bertaan hidup, sedangkan di sekitarnya terdapat orang kaya yang hanya memberikan upah seadanya kepada orang miskin. Dengan pemikiran itulah ia memiliki inisiatif untuk mencuri harga orang kaya untuk kemudian diberikan kepada orang miskin, kelakuannya itu di ketahui oleh ayahnya dan kemudian ia di usir dari rumah dan kemudian ia tinggal di Hutan Lokajaya. Beliau mendapat julukan Berandal Lokajaya karena pekerjaannya merampok harta orang kaya di sekitar Hutan Jati Lokajaya, Lasem, Jawa Tengah. Hingga suatu ketika lewatlah seorang yang tidak lain adalah Sunan Bonang yang akhirnya menyadarkan Sunan Kalijaga bahwa hal yang dilakukannya adalah salah. Sebagaimana telah diceritakan  sebelumnya bahwa Sunan Bonang mengubah Pohon Palem menjadi emas, dan hal itu membuat Sunan Kalijaga menyadari bahwa setia orang memang harus usaha bekerja terlebih dahulu untuk mendapatkan uang, karena jika uang bisa didapat dengan mudah, maka orang akan bermalas-malasan.
Sunan Kalijaga akhirnya meminta Sunan Bonang untuk menjadi gurunya, dan Sunan Bonang pun mengamanati Sunan Kalijaga untuk membaca buku yang ditinggalkan kepadanya untuk dibaca agar ia mengerti ilmu agama. Ia membaca buku-buku tersebut di pinggir “kali” layaknya seorang pen”jaga” selama tiga tahun(mengkin itulah sebabnya beliau diberikan nama Kalijaga.
Sunan Kalijagag lah yang menghasilkan karya “Beduk”, menyempurnakan Syair Lir Ilir milik Sunan Bonang, menciptakan Wayang Kulit, dan mendapat julukan Ki Dalang Sidabranoti, Ki Dalang Kumendung, dll.. beliau juga yang mempermula mengenalkan “Baju Takwa” yang menerjemahkan berpakain sopan menurut Islam tapi tiak harus berupa jubbah seperti pakaian orang Arab. Beliau juga lah yang menciptakan tata kota di sekitar alun-alun, selain kantor pemerintahan, pasti ada masjid dan juga pasti ada dua pohon beringin yang mana hal tersebut menandakan keharmonisan antara Umar dan Ulama ; Pemerintahan dan Pemuka Agama.
Disebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah menantu dari Maulana Ishaq, yang mana Maulana Ishaq itu adalah Kerabat dari Maulana Malik, bapak dari Sunan Ampel. (jujur aku bingung dengan silsilah yang ada, yang jelas sepertinya semua Sunan itu memang masih kerabat). Begitulah kisah Sunan Kalijaga, yang mana beliau dikenal memiliki sifat dan cerita yang unik, berhati lembut, berkesenian, seorang jagoan dan juga keras dalam berpendirian.
Selanjutnya adalah Sunan Kudus yang dikenal dengan Penyebar Toleransi Antar Agama. Bernama asli Ja’far Shadiq, putra dari Sunan Ngudung alias Raden Usman Ampel Haji, dan merupakan cucu dari Sunan Ampel. Dalam cerita Sunan Kudus ini diceritakan tentang kalangan pembangkang yakni Syekh Siti Jenar yang beranggapan bahwa dunia ini adalah siksaan, dan mereka ingin cepat mati sehingga mncari gara-gara dengan menjadi pengacau berharap agar mereka di bunuh. Dan dari aliran Siti Jenar (mungkin kita kenal dengan aliran Sufi) itulah muncul Ki Kebo Kenang dan Ki Agung Tangkir yang melepaskan diri Demak membuat pemerintahan yang berdasarkan ajaran Syekh Siti Jenar. Jujur, aku tidak terlalu menangkap banyak tentang hal ini, dan masih kurang paham juga hehe
Kemudian Sunan Drajar ; Raden Qasim Putra dari Sunan Ampel. Terkenal sebagai Penerus Dakwah Berbasis Pesantren yang memiliki ajaran dengan 4 Prinsip : Berikan tongkat pada yang buta, Berikan makan pada yang lapar, Berikan payung pada yang kehujanan, dan Berikan pakaian pada yang telanjang.
Ada sebuah kisah bahwa ia disuruh oleh ayahnya untuk menaiki sebuah perahu kecil di tengah lautan, dan saat ada ombak besar, perahunya hancur beruntung ia bisa bertopang pada kayu dari pecahan perahu miliknya dan kesetika itu ditengah badai ia digiring oleh ikan cucut dan ikan cakalang (baru denger nama ikan itu, tapi kayanya ikan besar semacam ikan hiu kaya yaa ? hehe entahlah) hingga ke tepi pantai, dan kemudian ia mendirikan Surau di Banjarwati- tenpat ia terdampar, dan kemudian memilki lahan yang lebih luad untuk mendirikan pesantren yang lebih besar.
Kisah terakhir yakni Sunan Muria, Seorang Tokoh Masyarakat Jelita dan Terpencil. Memilik nama asli Raden Umar dan beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga, yang memusatkan dakwahnya pada masyarakat kecil dan terpencil. Di akhir cerita dikisahkan bahwa Sunan Muara memiliki 17 Prajurit pilihan, yang terbukti dengan adanya 17 makam di sekitar makam Sunan Muara.
Finish deh cerita novelnya \^.^/
Sekali lagi aku katakan bahwa novel ini sangat menarik karena memang mengunakan bahasa yang komunikatif dan dapat dicerna dengan cepat di otak, gak perlu muter otak berkali-kali untuk memahami novel ini, paling yang bikin bingung Cuma silsilah kekerabatan mereka aja, tapi setidaknya dari novel ini aku mengetahui tentang kisah-kisah walisongo yang sebelumnya memang belum aku ketahui.. Jika berminat langsung saja kunjungi Toko Buku Terdekat, kemudian beli deh, dan kali gak mau ribet bisa pesen lewat online kok, terakhir aku lihat di bukalapak.com menyediakan buku tersebut, selamat mencari dan menikmati \^.^/




Novel ini adalah karya dari Gerdi Wirata Kusuma, di terbitkan oleh PT. Maleo Creative pada tahun 2015

No comments:

Post a Comment