Padahal semalem tidur jam 02.00, tapi mata malah seger banget jam
segini, jadilah aku langsung meneruskan kelanjutan 9 Kisah Dakwah Wali Songo. Silahkan
disimak J
Sunan Bonang, Sang Wali Sakti Penjaga Tradisi. Memiliki Nama asli
Makhdum Ibrahim. Suatu ketika kesaktiannya di dengar oleh seorang pendeta, dan
pendeta itu membawa banyak buku untuk ditanyakan kepada Sunan Bonang, namun
sebelum tiba di tepi pantai, perahu yang ditumpangi Sang Pendeta tersebut
hancur terkena ombak dan buku yang ia bawa pun hilang ditelan lautan, untung
pendeta tersebut dapat selamat dengan mengandalkan keahlian renang yang
dimilikinya karena memang saat perahunya terbalik, jaraknya dengan pantai tidak
terlalu jauh. Saat ia sampai di tepi pantai ia merasa sedih karena buku yang ia
bawa semuanya lenyap, lalu ada seorang yang menghampiri dan bertanya kepadanya
tentang siapa dirinya dan apa tujuannya datang ke tempat itu, lalu sang pendeta
menceritakan niatnya ingin bertemu dengan Sunan Bonang untuk menanyakan hal
yang tidak ia mengerti dalam buku yang dibawa nya, pendeta juga menyampaikan kesedihannya
karena buku yang dibawanya kini sudah lenyap, kemudian seseorang yang
menghampirinya itu bertanya seberapa penting buku yang ia bawa, lalu ia
mengetukkan tongkat ke tanah, dan muncullah pancuran air berserta buku-buku
Sang Pendeta yang hilang di lautan (di
gambarnya begitu), saat sang pendeta bertanya siapakah gerangan dirinya,
maka ia menjawab bahwa ia adalah Sunan Bonang, terkejutlah sang pendeta, dan
merasa bahwa buku-bukunya itu tidaklah penting lagi. Dan kemudian Pintasan Air
mancur tersebut dikenal dengan Sumur Srumbung
Masih ada kisah lainnya tentang kesaktian Sunan Bonang, yakni
ketika ia menyadarkan kesalahan yang dilakukan oleh Berandal Lokajaya (yang
nanti akan nkita kenal dengan Sunan Kalijaga), dengan mengubah Pohom Palem
menjadi Emas, dan beliau jugalah yang menyadarkan komplota perampok yang
dikenal dengan keganasannya hanya dengan alunan musik yang ia mainkan, yang
mana music itu di kenal dengan Musik Tuhan, Gending Penyadaran yang membuat
para perampok itu menyadari dosa-dosanya dan menangis sedu saat mendengat
alunan music yang dimaikan oleh Sunan Bonang.
Sunan Bonang mensyiarkan Islam dengan mneggunakan gamelan dan syair
tembang sebagai alat bantu. Beliau lah yang menciptakan tembang Tombo Ati, Lir
Ilir. Beliau juga yang mengenalkan tradisi sesajen, mandi kembang, dan tujuh bulanan
dengan niat mencari Ridho Allah.
Sunan Kalijaga seorang Ulama Seniman Penebar Tradisi. Bernama asli
Raden Said. Sejak mula ia bisa berfikir, ia sudah bisa mengkritik ke tidak
adilan terhadap masyarakat, yang nama ia merasa kasihan kepada orag miskin
karena harus berkerja keras untuk mendapatkan uang untuk bertaan hidup,
sedangkan di sekitarnya terdapat orang kaya yang hanya memberikan upah seadanya
kepada orang miskin. Dengan pemikiran itulah ia memiliki inisiatif untuk
mencuri harga orang kaya untuk kemudian diberikan kepada orang miskin,
kelakuannya itu di ketahui oleh ayahnya dan kemudian ia di usir dari rumah dan
kemudian ia tinggal di Hutan Lokajaya. Beliau mendapat julukan Berandal
Lokajaya karena pekerjaannya merampok harta orang kaya di sekitar Hutan Jati Lokajaya,
Lasem, Jawa Tengah. Hingga suatu ketika lewatlah seorang yang tidak lain adalah
Sunan Bonang yang akhirnya menyadarkan Sunan Kalijaga bahwa hal yang
dilakukannya adalah salah. Sebagaimana telah diceritakan sebelumnya bahwa Sunan Bonang mengubah Pohon
Palem menjadi emas, dan hal itu membuat Sunan Kalijaga menyadari bahwa setia
orang memang harus usaha bekerja terlebih dahulu untuk mendapatkan uang, karena
jika uang bisa didapat dengan mudah, maka orang akan bermalas-malasan.
Sunan Kalijaga akhirnya meminta Sunan Bonang untuk menjadi gurunya,
dan Sunan Bonang pun mengamanati Sunan Kalijaga untuk membaca buku yang
ditinggalkan kepadanya untuk dibaca agar ia mengerti ilmu agama. Ia membaca
buku-buku tersebut di pinggir “kali” layaknya seorang pen”jaga” selama tiga
tahun(mengkin itulah sebabnya beliau diberikan nama Kalijaga.
Sunan Kalijagag lah yang menghasilkan karya “Beduk”, menyempurnakan
Syair Lir Ilir milik Sunan Bonang, menciptakan Wayang Kulit, dan mendapat
julukan Ki Dalang Sidabranoti, Ki Dalang Kumendung, dll.. beliau juga yang
mempermula mengenalkan “Baju Takwa” yang menerjemahkan berpakain sopan menurut
Islam tapi tiak harus berupa jubbah seperti pakaian orang Arab. Beliau juga lah
yang menciptakan tata kota di sekitar alun-alun, selain kantor pemerintahan,
pasti ada masjid dan juga pasti ada dua pohon beringin yang mana hal tersebut
menandakan keharmonisan antara Umar dan Ulama ; Pemerintahan dan
Pemuka Agama.
Disebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah menantu dari Maulana Ishaq,
yang mana Maulana Ishaq itu adalah Kerabat dari Maulana Malik, bapak dari Sunan
Ampel. (jujur aku bingung dengan silsilah yang ada, yang jelas sepertinya semua
Sunan itu memang masih kerabat). Begitulah kisah Sunan Kalijaga, yang mana
beliau dikenal memiliki sifat dan cerita yang unik, berhati lembut,
berkesenian, seorang jagoan dan juga keras dalam berpendirian.
Selanjutnya adalah Sunan Kudus yang dikenal dengan Penyebar
Toleransi Antar Agama. Bernama asli Ja’far Shadiq, putra dari Sunan Ngudung
alias Raden Usman Ampel Haji, dan merupakan cucu dari Sunan Ampel. Dalam cerita
Sunan Kudus ini diceritakan tentang kalangan pembangkang yakni Syekh Siti Jenar
yang beranggapan bahwa dunia ini adalah siksaan, dan mereka ingin cepat mati
sehingga mncari gara-gara dengan menjadi pengacau berharap agar mereka di
bunuh. Dan dari aliran Siti Jenar (mungkin kita kenal dengan aliran Sufi)
itulah muncul Ki Kebo Kenang dan Ki Agung Tangkir yang melepaskan diri Demak
membuat pemerintahan yang berdasarkan ajaran Syekh Siti Jenar. Jujur, aku tidak
terlalu menangkap banyak tentang hal ini, dan masih kurang paham juga hehe
Kemudian Sunan Drajar ; Raden Qasim Putra dari Sunan Ampel. Terkenal
sebagai Penerus Dakwah Berbasis Pesantren yang memiliki ajaran dengan 4 Prinsip
: Berikan tongkat pada yang buta, Berikan makan pada yang lapar, Berikan payung
pada yang kehujanan, dan Berikan pakaian pada yang telanjang.
Ada sebuah kisah bahwa ia disuruh oleh ayahnya untuk menaiki sebuah
perahu kecil di tengah lautan, dan saat ada ombak besar, perahunya hancur
beruntung ia bisa bertopang pada kayu dari pecahan perahu miliknya dan kesetika
itu ditengah badai ia digiring oleh ikan cucut dan ikan cakalang (baru denger
nama ikan itu, tapi kayanya ikan besar semacam ikan hiu kaya yaa ? hehe
entahlah) hingga ke tepi pantai, dan kemudian ia mendirikan Surau di
Banjarwati- tenpat ia terdampar, dan kemudian memilki lahan yang lebih luad
untuk mendirikan pesantren yang lebih besar.
Kisah terakhir yakni Sunan Muria, Seorang Tokoh Masyarakat Jelita
dan Terpencil. Memilik nama asli Raden Umar dan beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga,
yang memusatkan dakwahnya pada masyarakat kecil dan terpencil. Di akhir cerita
dikisahkan bahwa Sunan Muara memiliki 17 Prajurit pilihan, yang terbukti dengan
adanya 17 makam di sekitar makam Sunan Muara.
Finish deh cerita novelnya \^.^/
Sekali lagi aku katakan bahwa novel ini sangat menarik karena memang
mengunakan bahasa yang komunikatif dan dapat dicerna dengan cepat di otak, gak
perlu muter otak berkali-kali untuk memahami novel ini, paling yang bikin
bingung Cuma silsilah kekerabatan mereka aja, tapi setidaknya dari novel ini
aku mengetahui tentang kisah-kisah walisongo yang sebelumnya memang belum aku
ketahui.. Jika berminat langsung saja kunjungi Toko Buku Terdekat, kemudian
beli deh, dan kali gak mau ribet bisa pesen lewat online kok, terakhir aku
lihat di bukalapak.com menyediakan buku tersebut, selamat mencari dan menikmati
\^.^/
Novel ini adalah karya dari Gerdi Wirata Kusuma, di terbitkan oleh
PT. Maleo Creative pada tahun 2015